Bimtek Hisab Rukyat 2025 dirancang sebagai forum ilmiah sekaligus ruang konsolidasi kompetensi praktisi falak lintas negara.
Jakarta, (Indonesia Window) –
Kementerian Agama (Kemenag) mengundang para ahli falak dari negara-negara ASEAN dalam kegiatan Bimbingan Teknis / Bimtek Hisab Rukyat 2025.
Kegiatan tersebut digelar di Wajo, Sulawesi Selatan, pada 20–22 Desember 2025, ungkap Kementerian Agama dalam situs jejaring pada Jum’at (19/12).
Bimtek Hisab Rukyat 2025 dirancang sebagai forum ilmiah sekaligus ruang konsolidasi kompetensi
praktisi falak lintas negara.
Peserta kegiatan terdiri atas santri, akademisi, praktisi hisab rukyat, astronom amatir, aparatur Kemenag, serta delegasi negara-negara ASEAN.
Forum tersebut menghadirkan pakar falak nasional dan perwakilan negara ASEAN yang tergabung dalam MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Materi yang dibahas meliputi konsep dasar ilmu falak, implementasi kriteria MABIMS, teknik observasi hilal, hingga pemanfaatan teknologi pengolahan citra digital dalam rukyat.
Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag, Arsad Hidayat, mengatakan, pelibatan negara-negara ASEAN merupakan langkah strategis Indonesia dalam mendorong harmonisasi kalender Hijriah di kawasan.
“Forum ini kami rancang bukan hanya sebagai pelatihan teknis, tetapi sebagai wadah membangun jejaring keilmuan falak ASEAN agar keputusan keagamaan didasarkan pada data ilmiah yang sama,” ujar Arsad, Kamis (18/12).
Menurutnya, penguatan jejaring regional menjadi penting karena isu hisab rukyat bersifat lintas batas dan memerlukan standar bersama.
Ia menilai kriteria MABIMS sebagai rujukan regional harus dipahami secara utuh, baik dari perspektif fikih maupun astronomi modern, agar penerapannya konsisten di masing-masing negara.
“Dengan pemahaman ilmiah yang kuat, perbedaan dapat dikelola secara akademik, bukan dipertentangkan,” katanya.
Selain penguatan regional, Bimtek tersebut juga diarahkan untuk memperkuat ekosistem ilmu falak nasional yang berkelanjutan.
Kolaborasi pesantren, perguruan tinggi, dan pemerintah dinilai penting dalam mencetak SDM falak yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga terampil dalam praktik observasi dan analisis data astronomi.
Materi pembekalan mencakup kajian batas kecerlangan hilal, rujukan astronomi global, termasuk konsep elongasi minimal, serta praktik penggunaan instrumen observasi modern.
Rangkaian kegiatan meliputi pemaparan teori oleh pakar falak nasional, studi kasus implementasi kriteria MABIMS,
workshop instrumen observasi, praktik rukyatul hilal di lapangan, serta diskusi evaluatif untuk merumuskan tindak lanjut penguatan ilmu falak.
Kunjungan akademik ke perguruan tinggi juga dijadwalkan untuk mempererat kerja sama kelembagaan.
Melalui kegiatan tersebut, Kemenag menargetkan terbentuknya jejaring kerja sama falak antarnegara ASEAN, peningkatan kapasitas peserta dalam teori dan praktik hisab rukyat, serta tersusunnya rekomendasi strategis pengembangan ilmu falak di lembaga pendidikan dan pesantren.
Indonesia juga berharap dapat memperkuat posisinya sebagai pusat rujukan falak modern di kawasan.
Laporan: Redaksi