Blokade makanan dan bahan kebutuhan kepada orang-orang yang membutuhkan di Gaza sebagai tindakan yang sangat tidak dapat diterima.
Canberra, Australia (Xinhua/Indonesia Window) – Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese mengecam
pembatasan bantuan Israel ke Gaza sebagai hal yang "tidak dapat diterima."
Albanese pada Senin (26/5) menjelaskan bahwa blokade makanan dan bahan kebutuhan kepada orang-orang "yang membutuhkan" di Gaza sebagai tindakan yang "sangat tidak dapat diterima" dan mengatakan bahwa dia telah menyampaikan posisi Australia secara langsung kepada pemerintah Israel.
"Kami menganggap alasan dan penjelasan Israel sama sekali tidak dapat diterima dan tidak memiliki kredibilitas," katanya kepada para wartawan di Canberra.
"Orang-orang kelaparan. Gagasan bahwa negara demokratis menahan pasokan adalah sebuah kekejian. Itu posisi saya yang jelas."
Foto yang diabadikan pada 30 April 2025 ini menunjukkan tenda-tenda para pengungsi di sebuah tempat penampungan sementara di Gaza City. Angin kencang yang membawa debu melanda Jalur Gaza pada Rabu (30/4). (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Pada awal Mei 2025, Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Penny Wong bergabung dengan para menlu dari 22 negara lain, termasuk Jerman, Prancis dan Inggris, dalam menyerukan agar Israel segera membuka kembali akses bantuan secara penuh ke Gaza dan memungkinkan organisasi-organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan pekerjaan menyelamatkan nyawa dan mengurangi penderitaan di Gaza.
Lembaga amal internasional
Oxfam cabang Australia pada Senin mempublikasikan hasil jajak pendapat yang menemukan bahwa 82 persen warga Australia percaya bahwa blokade bantuan yang disengaja oleh Israel ke Gaza "tidak dapat dibenarkan".
Survei tersebut menunjukkan bahwa 67 persen warga Australia percaya bahwa pemerintah federal Australia harus berbuat lebih banyak untuk mendukung warga sipil di Gaza dalam mengakses makanan, air, dan obat-obatan.
Laporan: Redaksi