Drone-drone Israel melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah yang dicapai pada November 2024, dan melanggar Resolusi PBB 1701.
Beirut, Lebanon (Xinhua/Indonesia Window) – Kicauan burung di pagi hari yang biasa terdengar di desa-desa di Lebanon selatan kini mulai tenggelam, tertutup oleh dengungan
drone Israel yang berisik dan tak henti-hentinya menggema di udara.
Di Mays El Jabal, Hassan Nasser, seorang warga yang sudah lama menetap di daerah itu, berdiri di balkon rumahnya yang berdinding batu, sambil menatap ladang tembakau yang membentang di sekitar rumahnya. Sementara itu, bayangan sebuah
drone melayang di atas kepalanya. "Kami terbangun karena suara
drone. Rasanya langit bukan lagi milik kami," ujarnya kepada Xinhua, seraya mendongak mencari sumber suara tersebut.
"Anak-anak saya khususnya menjadi sangat terdampak. Saat
drone terbang rendah di atas rumah kami, rasanya seperti kami sedang disorot," ujarnya.
Dari jalan setapak Houla yang dinaungi pohon ara hingga ladang gandum Majidiyeh, dengungan mekanis suara
drone telah mengubah ritme harian warga. Para petani menggarap ladang dengan leher menjulur ke atas. Anak-anak berhenti bermain lantaran dengungan yang terdengar kian keras. Bahkan, kumandang azan dari masjid-masjid desa pun tenggelam oleh suara
drone.Beberapa
drone menyiarkan pesan audio melalui pengeras suara, mendesak warga agar tidak menghalangi atap atau membiarkan jendela terbuka.
Drone lain menyebarkan selebaran yang berisi peringatan atau kritik terhadap Hizbullah.
Sumber-sumber keamanan Lebanon melaporkan peningkatan lebih dari 40 persen dalam penerbangan
drone Israel di wilayah selatan dan timur Lebanon sejak Januari. Beberapa
drone bahkan mencapai ibu kota Lebanon, Beirut, jauh melampaui zona perbatasan rawan konflik.
Drone-drone tersebut melanggar perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang dicapai pada November 2024, dan melanggar
Resolusi PBB 1701. Namun, bagi warga desa yang terdampak, pelanggaran ini merupakan gangguan yang lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari ketimbang
gangguan diplomatik.
Seorang pria terlihat berdiri di dekat puing-puing bangunan pascaserangan Israel di Tyre, Lebanon, pada 23 Maret 2025. (Xinhua/Ali Hashisho)
"Kegelisahan yang dirasakan setiap hari ini menimbulkan ketegangan bagi semua orang," kata Sawsan Hijazi, mahasiswa berusia 22 tahun asal Houla, yang berhenti sejenak di bawah pohon ara saat melihat sebuah bintik hitam melintas di langit. "Kami merasa tak berdaya. Kami tak bisa bersembunyi dari mereka."
"Ini bukan hanya soal ketakutan ... Ini soal rasa sedang diawasi, seolah-olah pikiran Anda pun bukan milik Anda pribadi," tutur perempuan itu.
Di Majidiyeh, seorang petani berusia 60 tahun bernama Jihad Shehadeh bersandar di cangkulnya. Keringat bercucuran di bawah bayang-bayang
drone yang terus berputar-putar selama lebih dari satu jam di atas ladangnya. "Kebisingan itu sendiri menimbulkan stres dan ketidaknyamanan ... Sulit berkonsentrasi. Beberapa pekerja bahkan pulang lebih awal."
Lebih jauh di pedalaman Nabatieh, Hanadi Nasrallah mengaku dirinya terpaksa mengarang cerita untuk kelima anaknya.
"Mereka mendengar dengungan itu dan menjadi ketakutan. Mereka pikir akan ada hal buruk terjadi," ujar wanita tersebut kepada Xinhua di dapur rumahnya, sementara putri bungsunya berpegangan erat pada kakinya. "Saya terpaksa mengatakan bahwa benda itu cuma mainan besar di langit. Tapi mereka tidak yakin."
Psikolog Juliette Al-Qadi, yang berdomisili di Tyre, memperingatkan soal dampak tersembunyi dari patroli
drone. "Anak-anak yang terpapar kebisingan
drone pengawas dalam jangka waktu lama sering menunjukkan gejala kecemasan, insomnia, dan kewaspadaan berlebihan ... Ini adalah bentuk trauma dari ketakutan akan ancaman yang tidak terlihat namun terus-menerus muncul."
Saat senja membayangi perbukitan Mays El Jabal, Nasser keluar untuk menyiram tanamannya di bawah suara dengungan mesin
drone yang makin bising.
"Kami sudah belajar untuk terus beradaptasi," katanya lirih, sambil membersihkan debu dari pot tanaman geranium miliknya. "Meski demikian, langit sudah tidak lagi sama," lanjutnya.
Laporan: Redaksi