Jumlah pengungsi internal (internally displaced people/IDP) di seluruh dunia mencapai rekor tertinggi, yakni 83,4 juta orang.
Jenewa, Swiss (Xinhua/Indonesia Window) – Per akhir 2024, jumlah pengungsi internal (internally displaced people/IDP) di seluruh dunia mencapai rekor tertinggi, yakni 83,4 juta orang, ungkap Organisasi Internasional untuk Migrasi (
IOM).
Menurut Laporan Global tentang Pengungsian Internal 2025 oleh Pusat Pemantauan Pengungsian Internal (Internal Displacement Monitoring Centre) yang baru dirilis, konflik dan tindak kekerasan yang sedang berlangsung masih menjadi pendorong utama terjadinya pengungsian. Per akhir 2024, sebanyak 73,5 juta orang mengungsi akibat konflik dan aksi kekerasan, menandai lonjakan sebesar 80 persen dalam enam tahun terakhir.
Di Sudan, konflik memaksa 11,6 juta orang mengungsi, menjadikannya sebagai negara dengan jumlah IDP tertinggi secara global.
Di Jalur Gaza, hampir seluruh penduduknya mengungsi pada akhir tahun lalu.
Sejumlah pengungsi Sudan menunggu menaiki bus untuk pulang ke Sudan di Kairo, Mesir, pada 13 April 2025. (Xinhua/Ahmed Gomaa)
Laporan itu juga menyatakan bahwa bencana alam menyebabkan 45,8 juta orang mengungsi pada 2024, hampir dua kali lipat dari rata-rata tahunan dalam satu dekade terakhir. Meski sebagian besar berhasil kembali ke tempat tinggal mereka dalam tahun yang sama, sekitar 9,8 juta orang masih tetap mengungsi akibat bencana alam hingga akhir 2024.
Para pengungsi terlihat di Pelabuhan Nzulo, di dekat Goma, yang berada di Provinsi Kivu Utara, Republik Demokratik Kongo (RDK) bagian timur, pada 23 Januari 2025. Pertempuran yang intensif di RDK bagian timur telah memicu gelombang pengungsian baru warga sipil secara massal dan melukai sembilan personel pasukan pemelihara perdamaian, demikian ungkap juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 24 Januari 2025. (Xinhua/Zanem Nety Zaidi)
"Data tersebut menjadi peringatan yang jelas, yakni tanpa tindakan yang berani dan terkoordinasi, jumlah orang yang mengungsi di negara mereka sendiri akan terus bertambah dengan cepat," tutur Direktur Jenderal IOM Amy Pope.
Laporan: Redaksi