Ketinggian air di kolam pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina, yang sangat penting bagi keamanan nuklir fasilitas tersebut, terus menurun selama beberapa pekan terakhir.
Wina, Austria (Xinhua/Indonesia Window) – Ketinggian air di kolam pendingin
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina, yang sangat penting bagi keamanan nuklir fasilitas tersebut, terus menurun selama beberapa pekan terakhir, demikian disampaikan Badan Energi Atom Internasional (
International Atomic Energy Agency/IAEA) pada Jumat (2/8).
"Jika tren ini terus berlanjut, staf PLTN Zaporizhzhia mengonfirmasikan bahwa memompa air dari kolam akan segera menjadi hal yang menantang," kata IAEA dalam sebuah pernyataan. "Menjaga ketinggian air kolam menjadi lebih sulit karena cuaca musim panas yang terik."
"Menurunnya ketinggian air di kolam pendingin masih menjadi sumber kekhawatiran yang potensial," kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi, seraya menambahkan bahwa badan tersebut akan terus memantau dan mengamati situasi di PLTN itu secara saksama guna memastikan pasokan air pendingin yang cukup bagi kebutuhan pembangkit tersebut setiap saat.
Rafael Grossi, director general of the International Atomic Energy Agency (IAEA), speaks at a special meeting of the IAEA Board of Governors in Vienna, Austria, on April 11, 2024. The head of the International Atomic Energy Agency (IAEA) on Thursday called for "maximum restraint" after Sunday's drone attacks on the Zaporizhzhia nuclear power plant (ZNPP), which he said have significantly increased the risk of a nuclear accident. (IAEA/Handout via Xinhua)
Tim pakar IAEA yang ditempatkan di PLTN Zaporizhzhia terus mendengar aktivitas militer pada jarak yang berbeda-beda dari PLTN tersebut selama sepekan terakhir. Tim itu juga "melihat asap yang membubung di kejauhan beberapa kali dalam sepekan terakhir, yang menurut laporan PLTN Zaporizhzhia disebabkan oleh kebakaran," bunyi pernyataan tersebut.
Keenam reaktor di PLTN Zaporizhzhia masih dalam kondisi
cold-shutdown, menurut badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu.
Laporan: Redaksi