LSPR AI Festival 2025 menekankan pengembangan AI yang berfokus pada tata kelola, etika, dan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan yang bertanggung jawab.
Jakarta (Indonesia Window) – Dengan kemampuannya menganalisis data dalam hitungan detik, Artificial Intelligence (
AI) atau teknologi kecerdasan buatan telah membuka jalan bagi lahirnya inovasi tanpa batas.
Pertanyaan yang kini muncul bukan lagi ‘seberapa canggih AI bisa bekerja’, tetapi ‘seberapa bijak kita memanfaatkannya.’
LSPR (London School of Public Relations) Institute of Communication and Business tampil sebagai pelopor dalam mengintegrasikan AI ke dalam dunia pendidikan.
Bagi LSPR, AI bukanlah sekadar alat, melainkan mitra strategis yang mampu memperkuat kapasitas manusia. Melalui LSPR Centre for Artificial Intelligence and Communication Technology (LSPR CAICT), kampus ini berkomitmen menyiapkan generasi muda yang tidak hanya memahami cara kerja AI, tetapi juga mampu menggunakannya secara kreatif, etis, dan bertanggung jawab.
Komitmen tersebut diwujudkan dalam penyelenggaraan LSPR AI Festival 2025, yang berlangsung pada 25–26 Agustus 2025 di LSPR Transpark Bekasi, Jawa Barat.
Dengan mengusung tema ‘Smart Collaboration for Responsible & Creative AI’, festival ini menjadi panggung kolaborasi lintas sektor untuk menunjukkan bagaimana AI bisa menjadi kekuatan positif.
Selama
event tersebut, para peserta festival diajak menyelami beragam pengalaman inspiratif, mulai dari sesi berbagi bersama pakar dan regulator, lokakarya praktis seperti teknik
prompt engineering dan produksi konten kreatif berbasis AI, hingga kompetisi AI for Social Good yang menantang generasi muda untuk menggunakan teknologi demi kepentingan sosial.
Selain itu, ada juga program edukasi interaktif untuk siswa SMA/SMK, pameran karya mahasiswa, pertunjukan seni yang memadukan kreativitas manusia dengan kecanggihan mesin, serta penganugerahan kompetisi video AI yang menampilkan gagasan-gagasan segar dari talenta muda.
“Di LSPR, AI sudah menjadi bagian dari kurikulum interdisipliner kami. Mahasiswa tidak hanya dibekali pemahaman teknis, tetapi juga didorong untuk menjadi kreator yang mampu menggunakannya demi membangun bisnis yang lebih cerdas, memperkuat komunitas, dan menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan,” ujar Founder & Director LSPR, Dr. (H.C) Prita Kemal Gani, dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Sementara itu, Direktur Kecerdasan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru, Kementerian Komunikasi dan Digital, Aju Widya Sari, menegaskan pentingnya literasi AI di perguruan tinggi.
“Kecerdasan artifisial bukan hanya berdampak pada dunia akademik dan bisnis, tetapi juga memiliki potensi besar bagi perekonomian nasional. Diperkirakan, kontribusi AI terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa mencapai hingga 366 miliar dolar AS. Potensi sebesar ini hanya akan tercapai bila kita memiliki SDM yang terampil sekaligus beretika,” jelasnya.
*1 dolar AS = 16.252 rupiah
Berkaitan dengan aspek sosial, Head of LSPR CAICT, Dr. Dendy Muris, menekankan bahwa inti dari transformasi teknologi tetaplah komunikasi.
“AI bukan untuk menggantikan manusia, melainkan untuk mendampingi dan memperkuat kapasitasnya. Melalui LSPR CAICT, kami memastikan pemanfaatan AI selalu berpijak pada prinsip etis, inklusif, dan berdampak sosial. Kami percaya, teknologi seharusnya menjadi sahabat manusia, bukan penggantinya,” ungkapnya.
LSPR AI Festival 2025 dinilai sebagai momentum kolektif dalam memahami dan mengelola teknologi.
Festival tersebut menekankan bahwa AI tidak semata-mata tentang percepatan inovasi, melainkan tentang bagaimana teknologi mampu menyalakan inspirasi, menumbuhkan kreativitas dan memberi dampak nyata bagi masyarakat.
Selain itu LSPR AI Festival 2025 juga memperkuat positioning LSPR CAICT sebagai pusat riset dan
pengembangan AI yang berfokus pada tata kelola, etika dan pemanfaatan AI yang bertanggung jawab.
Laporan: Redaksi