Persepsi positif terhadap China bagi warga Indonesia terus menguat, salah satunya dalam bidang pendidikan, karena ketersediaan peluang beasiswa yang melimpah, biaya kuliah dan biaya hidup yang terjangkau, serta banyak universitas berkualitas tinggi.
Jakarta (Xinhua/Indonesia Window) – Survei terbaru yang dilakukan oleh lembaga riset Center of Economic and Law Studies (
Celios) menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia memandang hubungan antara Indonesia dan China positif. Kerja sama ekonomi menjadi sektor paling signifikan yang mendorong timbulnya persepsi positif tersebut.
Laporan terbaru Celios yang bertajuk ‘The 2025 China-Indonesia Survey’ itu menunjukkan bahwa 66 persen responden mengatakan bahwa hubungan kedua negara positif hingga sangat positif, dengan 71 persen menyatakan kerja sama ekonomi merupakan kemitraan paling signifikan dalam hubungan bilateral tersebut.
"Komitmen kerja sama China mampu direalisasikan dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, sehingga komitmen itu tidak hanya sekadar janji. Hal ini mendorong tren positif persepsi masyarakat terhadap China," ujar Muhammad Zulfikar Rakhmat, direktur China-Indonesia Celios yang juga terlibat dalam penyusunan laporan itu, kepada Xinhua di Jakarta pada Kamis (18/12).
Saat ditanya tentang preferensi negara yang ingin dijadikan sebagai mitra utama bagi Indonesia, sebanyak 32 persen responden memilih China, tertinggi dibandingkan pilihan negara lainnya. Tiga alasan utamanya yaitu peluang kerja sama perdagangan yang lebih besar, kerja sama keamanan dan pertahanan yang lebih baik, serta sumber investasi yang lebih dapat diandalkan.
Masyarakat juga menyambut positif keikutsertaan Indonesia dalam forum
BRICS, dengan 98 persen responden menyebut hal ini menguntungkan hingga sangat menguntungkan bagi Indonesia. Keanggotaan BRICS dianggap peluang untuk mengakses pasar baru, memperkuat posisi tawar internasional, dan mengurangi ketergantungan kepada negara-negara Barat.
Sebagian besar responden menyatakan bahwa China juga dianggap sebagai mitra yang dapat diandalkan dalam program transisi energi di Indonesia. Alasan utamanya adalah kerja sama ini membuka peluang lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan, akses terhadap teknologi hijau, hingga pendanaan yang terjangkau.
Zulfikar mengatakan bahwa persepsi positif terhadap China juga terus menguat, salah satunya dalam bidang pendidikan. Sekitar 31 persen dari total responden menyebut China merupakan pilihan teratas untuk lokasi menempuh pendidikan di luar negeri. Alasan utamanya adalah ketersediaan peluang beasiswa yang melimpah, biaya kuliah dan biaya hidup yang terjangkau, serta banyak universitas berkualitas tinggi.
Survei ini dilakukan terhadap 1.022 responden dari berbagai provinsi di Indonesia, dengan kuesioner didistribusikan melalui platform media sosial Facebook dan Instagram.
Laporan: Redaksi