Rencana operasi militer Israel di Kota Rafah di Gaza selatan disetujui Netanyahu, dan dia menolak tuntutan Hamas terkait pembebasan sandera dengan pelepasan tahanan Palestina sebagai imbalan.
Yerusalem, Israel (Xinhua) – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (15/3) menyetujui sebuah rencana dari Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) untuk
operasi di Kota Rafah di Gaza selatan dan menolak tuntutan Hamas terkait pembebasan sandera dengan pelepasan tahanan Palestina sebagai imbalan, menurut kantor Netanyahu.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan kabinet perang, Netanyahu mengatakan tuntutan Hamas "masih tidak masuk akal."
Seorang gadis berupaya mendapatkan bantuan makanan di Kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 14 Maret 2024. (Xinhua/Khaled Omar)
Dia menyebutkan bahwa Israel masih akan mengirimkan delegasi ke Qatar, mediator regional utama dari solusi diplomatik untuk konflik Gaza yang berkecamuk, untuk melanjutkan upaya gencatan senjata "setelah kabinet keamanan membahas posisi Israel."
Seorang pria berdiri di antara reruntuhan bangunan di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 15 Maret 2024. Jumlah warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel yang masih berlangsung telah bertambah menjadi 31.490 orang, demikian disampaikan oleh Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas dalam sebuah pernyataan pers pada Jumat (15/3). (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Keputusan ini diambil Israel terlepas dari adanya peringatan dari masyarakat internasional untuk menghindari lebih banyak serangan ke
Rafah, tempat sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina mencari perlindungan sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023.
Laporan: Redaksi