Sel bahan bakar hidrogen yang dikembangkan secara mandiri oleh China sukses menghasilkan listrik di Stasiun Qinling milik negara tersebut di Antarktika, menandai pertama kalinya teknologi energi hidrogen berhasil diterapkan di wilayah kutub yang ekstrem.
Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Sel bahan bakar hidrogen yang dikembangkan secara mandiri oleh China sukses menghasilkan listrik di Stasiun Qinling milik negara tersebut di
Antarktika, menandai pertama kalinya teknologi energi hidrogen berhasil diterapkan di wilayah kutub, lansir China Science Daily pada Rabu (5/3).
Dikembangkan oleh perusahaan
teknologi energi hidrogen di bawah naungan State Power Investment Corporation, sel bahan bakar tersebut berfungsi sebagai komponen inti dalam sistem jaringan mikro di Stasiun Qinling. Sistem ini dilengkapi dengan tangki penyimpanan hidrogen berkapasitas maksimal 50 meter kubik. Ketika beroperasi secara independen, sel bahan bakar tersebut dapat mengalirkan daya yang kontinu ke Stasiun Qinling selama maksimal 24 hari, dengan
output maksimal 30 kilowatt.
Dirancang untuk skalabilitas modular, sistem sel bahan bakar ini mencakup rentang daya dari 50 kilowatt hingga puluhan megawatt. Sistem ini dapat mencapai efisiensi pembangkitan listrik sebesar 50 persen serta efisiensi gabungan panas dan daya lebih dari 90 persen, dengan masa pakai mencapai 40.000 jam.
Dibandingkan pembangkit listrik konvensional berbasis bahan bakar fosil, penggunaan sel bahan bakar hidrogen ini dapat menghemat sekitar 400 gram batu bara standar dan mengurangi emisi karbon dioksida sekitar 1 kilogram untuk setiap kilowatt-jam listrik yang dihasilkannya.
Sebuah mobil salju mengangkut suplai ke Stasiun Zhongshan China di Antarktika pada 9 Desember 2024. Dalam ekspedisi Antarktika China ke-41, kapal riset pemecah es Xuelong dan Xuelong 2, atau Snow Dragon dan Snow Dragon 2, melakukan operasi penurunan muatan di sekitar Stasiun Zhongshan, basis penelitian China di Antarktika. (Xinhua/Huang Taoming)
Dalam situasi di mana kondisi angin dan paparan sinar matahari mendukung, kelebihan listrik yang dihasilkan oleh sistem pembangkit listrik tenaga bayu dan surya digunakan untuk menghasilkan hidrogen, yang selanjutnya disimpan untuk digunakan di kemudian hari. Ketika daya listrik dari pembangkit listrik tenaga bayu dan surya tidak mencukupi, simpanan hidrogen tersebut akan diubah kembali menjadi energi listrik dan panas melalui sel bahan bakar, sehingga menjamin pasokan energi yang stabil dan berkelanjutan.
Anggota tim ekspedisi Antarktika China ke-41 menurunkan suplai di Antarktika pada 9 Desember 2024. Dalam ekspedisi Antarktika China ke-41, kapal riset pemecah es Xuelong dan Xuelong 2, atau Snow Dragon dan Snow Dragon 2, melakukan operasi penurunan muatan di sekitar Stasiun Zhongshan, basis penelitian China di Antarktika. (Xinhua/Huang Taoming)
Keberhasilan penerapan teknologi energi hidrogen di Antarktika ini memvalidasi keandalan teknologi sel bahan bakar hidrogen di lingkungan bersuhu rendah yang ekstrem. Penerapan ini juga membantu mengatasi kesenjangan krusial dalam penggunaan energi hidrogen pada sistem energi di wilayah kutub. Selain itu, pencapaian ini juga menjadi acuan bagi pembangunan sistem energi dan jaringan mikro di lingkungan bersuhu rendah ekstrem lainnya.
Laporan: Redaksi