Situasi media di Gaza sebagai salah satu yang "paling berbahaya di dunia, mengingat tidak adanya jaminan keamanan, penghancuran institusi pers, serta perampasan alat kerja yang paling mendasar."
Gaza, Palestina (Xinhua/Indonesia Window) – Puluhan jurnalis pada Sabtu (3/5) menggelar aksi unjuk rasa di Khan Younis, Gaza selatan, mendesak komunitas internasional untuk melindungi
para pekerja media dari serangan yang dilakukan berulang kali oleh Israel.
Aksi unjuk rasa tersebut diselenggarakan oleh Sindikat Jurnalis Palestina (
Palestinian Journalists Syndicate) untuk memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia. Para jurnalis itu berkumpul di Kompleks Medis Nasser di kota tersebut dan mengangkat papan bertuliskan ‘Stop Membunuh Jurnalis’.
Dalam sebuah pidato saat aksi unjuk rasa itu, Tahseen Al-Astal, wakil ketua sindikat tersebut, menuduh Israel melakukan "kejahatan terhadap jurnalis Palestina dengan secara langsung membunuh dan menghancurkan rumah mereka."
Sebuah kendaraan yang rusak terlihat pascaserangan udara Israel di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, pada 26 Desember 2024. Tentara Israel menewaskan lima jurnalis Palestina pada Kamis (26/12) setelah menyerang kendaraan mereka di kamp pengungsi al-Nuseirat di Gaza tengah, menurut sejumlah sumber Palestina. (Xinhua/Marwan Dawood)
Al-Astal menganggap situasi media di Gaza sebagai salah satu yang "paling berbahaya di dunia, mengingat tidak adanya jaminan keamanan, penghancuran institusi pers, serta perampasan alat kerja yang paling mendasar."
Mengatakan bahwa pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas kejahatan ini, dirinya mengimbau institusi-institusi internasional untuk mengambil tindakan serius guna "meminta pertanggungjawaban para pembunuh."
Sejak konflik di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, Israel telah menewaskan 212 jurnalis, melukai 409 jurnalis, dan menangkap 48 jurnalis, seperti dilaporkan kantor media yang dikelola Hamas pada Sabtu tersebut.
Laporan: Redaksi