Tim negosiasi AS akan kembali ke negara mereka dari Qatar guna berkonsultasi mengenai respons terbaru Hamas yang mereka nilai "terlalu mementingkan diri sendiri."
Washington, Amerika Serikat (Xinhua/Indonesia Window) – Utusan Khusus Amerika Serikat (
AS) untuk Timur Tengah Steve Witkoff pada Kamis (24/7) menyampaikan bahwa pihak AS akan mencari "opsi alternatif" untuk merealisasikan gencatan senjata di Gaza.
Sementara itu, dia mengumumkan bahwa tim negosiasi AS akan kembali ke negara mereka dari Qatar guna berkonsultasi mengenai respons terbaru Hamas yang mereka nilai "terlalu mementingkan diri sendiri."
"Kami telah memutuskan memanggil pulang tim kami dari Doha untuk berkonsultasi mengenai respons terbaru dari Hamas, yang jelas menunjukkan kurangnya iktikad baik untuk mencapai
gencatan senjata di Gaza," tulis utusan tersebut di platform media sosial X.
"Kami saat ini akan mempertimbangkan opsi alternatif untuk memulangkan para sandera dan mencoba menciptakan lingkungan yang lebih stabil bagi rakyat Gaza," lanjut Witkoff.
Dalam jumpa pers pada Kamis, wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tommy Pigott tidak mengungkapkan detail apa pun mengenai "opsi alternatif" yang sedang dipertimbangkan oleh pihak AS tersebut.
Pada Kamis yang sama, Israel juga memutuskan untuk menarik pulang tim negosiasi gencatan senjatanya dari Doha pada Kamis untuk melakukan konsultasi, menurut sebuah pernyataan dari Kantor Perdana Menteri Israel.
Keputusan itu diambil menyusul respons Hamas terhadap usulan mediator sebelumnya pada Kamis yang menyerukan gencatan senjata selama 60 hari dan pembebasan sandera Israel serta tahanan Palestina, ungkap pernyataan itu.
Mengutip narasumber yang dekat dengan negosiasi tersebut, saluran berita milik negara Israel, Kan TV News, melaporkan bahwa "negosiasi tersebut tidak menghadapi jalan buntu."
"Ini adalah langkah terkoordinasi antara semua pihak," lapornya. "Ada keputusan penting yang perlu diambil, dan itulah sebabnya delegasi kami kembali ke tanah air untuk melakukan konsultasi lebih lanjut. Momentumnya masih positif."
Mengutip narasumber lainnya, Kan TV News melaporkan bahwa Hamas menuntut, antara lain, pembebasan 200 militan Palestina dan 2.000 warga sipil Gaza yang ditahan sejak 7 Oktober 2023, ketika konflik mematikan Gaza meletus.
Menurut Kan TV, jumlah ini jauh lebih tinggi ketimbang yang disetujui Israel dalam proposal mediator, yang mencakup pembebasan sekitar 120 militan dan 1.200 warga sipil lainnya.
Laporan: Redaksi