Hafalan Al-Qur’an mungkin tak memberi kekayaan materi, tapi kelak bisa menyelamatkan penghafalnya saat dunia menggoda dengan janji yang semu.
Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Hafalan Al-Qur’an mungkin tak memberi kekayaan materi, tapi kelak bisa menyelamatkan penghafalnya saat dunia menggoda janji yang semu, kata mudir (kepala sekolah) Pondok Tahfizh
Miftahul Jannah Akbar (MJA), Ustadz Dhiaulhaq, Lc., saat menyampaikan pidatonya pada
acara wisuda ke-5 santri lembaga pendidikan tersebut di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/7).
“Hafalan Al-Qur’an akan menjadi tiket menuju masa depan kalian (para wisudawan),” kata Ust. Dhiaulhaq, seraya mengingatkan bahwa hasil kerja keras mereka antara lain karena doa-doa yang tak henti dipanjatkan orangtua mereka dan guru-guru yang sabar membimbing, yang tak mengharap balasan duniawi.
Ust. Dhiaulhaq juga menjelaskan bahwa Pondok Tahfizh MJA telah memberi sanad Al-Qur’an riwayat Hafsh, sanad matan Tuhaftul Athfal, sanad matan Jazari, dan sanad hadits Arba'in Nawawi kepada para santrinya.
Selain itu, lanjutnya, sebagian dari para santri berhasil melangkah ke perguruan tinggi bukan karena koneksi atau kekayaan, tapi karena hafalan Qur’an.
Pada kesempatan acara wisuda tersebut Pondok Tahfizh MJA juga memberi sanad Al-Qur’an kepada dua lulusannya, yakni Muhammad Mujahid Al Fatih dan Miftahul Jinan.
“Kalian bukan hanya telah menamatkan sebuah jenjang pendidikan, tapi telah membuktikan bahwa menghafal Al-Qur’an bukan sekadar capaian akademik — ia adalah fondasi kehidupan. Itu adalah sebuah kehormatan yang tidak semua orang diberi kesempatan untuk mengembannya, dan kalian bukan hanya mengukir prestasi di dunia tapi sedang menulis surat cinta untuk alam baka,” tuturnya.
Lulusan Pondok Tahfizh Miftahul Jannah sekaligus penerima sanad Al-Qur'ran, Muhammad Mujahid Al-Fatih dan Mitahul Jinan, berfoto bersama pemegang sanad qiro'ah 'Asyrah Kubro Syekh Ammar Bin Ahmad Al-Wushobi Al-Yamani (kedua kiri) dan staf koordinator ke-tahfizh-an, Rizqi Aulia Syahbani (paling kanan), pada acara wisuda ke-5 santri lembaga pendidikan tersebut di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/7/2025). (Indonesia Window)
Ustadz juga mengingatkan bahwa saat wisuda tersebut bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju tangga kehidupan yang lebih tinggi. “Hari ini kita tidak hanya merayakan kelulusan, tetapi juga mensyukuri secara tulus dari sebuah perjuangan kalian dalam menjaga Kalamullah di dada, dalam hening malam dan letihnya siang, dalam linangan air mata dan rindu yang dipendam dari orangtua di rumah,” ujarnya.
Mudir juga menasihati para lulusan santri bahwa ada satu hal yang tak boleh hilang dari ingatan mereka, yaitu bahwa Al-Qur’an bukan sekadar pelajaran pondok yang usai bersama kelulusan mereka karena ia adalah sahabat sejati yang akan menyertai mereka di setiap simpang jalan hidup mereka.
“Karena Al-Qur’an, bukan sekadar hafalan yang memenuhi halaman. Ia adalah cahaya di saat pikiranmu buntu. Ia adalah penjaga jiwamu di saat dunia mulai membutakan kalbu. Maka belajarlah setinggi langit yang kau impikan sejak kecil, namun jangan lupakan bumi tempat sujudmu dan pengharapan tulusmu,” imbuh Ust. Dhiahulhaq.
Tiga lulusan terbaik Pondok Tahfizh Miftahul Jannah Akbar (MJ) berfoto bersama Pembina Yayasan MJA, Dr. Patrialis Akbar (paling kiri); pemegang sanad qiro'ah 'Asyrah Kubro Syekh Ammar Bin Ahmad Al-Wushobi Al-Yamani (kedua kanan); dan Sekretaris Yayasan MJA, Adil Suptra Akbar, pada acara wisuda ke-5 santri lembaga pendidikan tersebut di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/7/2025). (Indonesia Window)
Pondok Tahfizh Miftahul Jannah Akbar (MJA) menawarkan program utama dengan empat keunggulan, yaitu, hafalan Al-Qur’an 30 juz mutqin (hafalan yang kuat) dan program pengambilan sanad Al-Qur’an.
Keunggulan berikutnya adalah pendalaman ‘Ulum Syar’i dan pembekalan materi pelajaran MIPA (matematika dan ilmu pengetahuan alam), kegiatan olahraga dan kebugaran intensif, serta pembekalan materi khusus oleh tokoh nasional.
Pondok Tahfizh MJA memiliki motto ‘Al-Qur’an in My Heart (Al-Qur’an di Hatiku), Science in My Mind (Ilmu Pengetahuan di Benakku), Strength in My Body (Kekuatan di Ragaku), dan Nationality in My Spirit (Kebangsaan dalam Semangatku).’
Laporan: Redaksi