Masyarakat Austronesia di Kapotar menempati lokasi yang dekat dengan air, memanfaatkan ceruk dan bukit, serta melakukan aktivitas domestik sekaligus pemakaman di sekitar area tersebut.
Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Pulau Papua menyimpan catatan panjang migrasi manusia Austronesia yang hingga kini masih jarang diketahui publik. Penelitian terbaru di Pulau Kapotar, Teluk Cenderawasih, Papua Barat, mengungkap adanya permukiman kuno yang telah berdiri sejak 2.100 hingga 2.700 tahun silam.
Peneliti Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erlin Novita Idje Djami, memaparkan temuan tersebut dalam Forum Kebhinekaan Seri #31 bertajuk ‘Rekam Jejak Manusia dan Budaya Austronesia di Nusantara, Kamis (25/9), dikutip dari situs jejaring
BRIN.
Survei dan ekskavasi dilakukan di dua lokasi, yakni Ceruk Swama dan Bukit Momorikotey. Dari kedua titik itu, peneliti menemukan beragam artefak, antara lain gerabah, alat batu, alat tulang, obsidian, manik-manik, keramik Cina, hingga sisa tulang manusia.
“Hasil pertanggalan menunjukkan aktivitas budaya di Pulau Kapotar sudah berlangsung sejak 2.100 hingga 2.700 tahun lalu. Temuan obsidian juga menandakan adanya jaringan perdagangan Austronesia di kawasan Pasifik,” kata Erlin.
Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa masyarakat Austronesia di Kapotar menempati lokasi yang dekat dengan air, memanfaatkan ceruk dan bukit, serta melakukan aktivitas domestik sekaligus pemakaman di sekitar area tersebut. Pola ini menunjukkan karakter adaptif masyarakat Austronesia dalam mengelola ruang hidup mereka.
Posisi Papua di jaringan AustronesiaKapotar, menurut Erlin, merupakan titik penting dalam peta penyebaran Austronesia di kawasan Pasifik.
Temuan ini menegaskan bahwa Papua tidak hanya menjadi pintu gerbang migrasi, tetapi juga bagian integral dari jaringan budaya Austronesia yang luas, yang menghubungkan Nusantara hingga ke wilayah Pasifik.
Pulau Kapotar hari ini tampak tenang dengan bentang alam tropis dan kehidupan nelayan sederhana. Namun di bawah permukaannya, tersimpan jejak peradaban kuno yang memperkaya
mozaik sejarah migrasi manusia di Asia-Pasifik.
Laporan: Redaksi