Peningkatan ekspor nikel serta besi baja ke China tidak lepas dari meningkatnya kebutuhan bahan baku untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan infrastruktur. Hal ini terlihat dari nilai ekspor besi dan baja tercatat naik 15,7 persen, sementara nikel sebesar 21,2 persen.
Jakarta (Xinhua/Indonesia Window) – Nilai perdagangan Indonesia dan China terus meningkat seiring semakin eratnya hubungan kedua negara, mencapai 70,8 miliar dolar AS sepanjang paruh pertama (H1) tahun ini atau naik 15,5 persen dalam basis tahunan (year on year/yoy). Dengan demikian, China masih menjadi mitra dagang terbesar Indonesia baik untuk ekspor maupun impor.
*1 dolar AS = 16.312 rupiah
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor ke China naik 8,9 persen menjadi 30,5 miliar dolar AS sepanjang Januari-Juni 2025. Kenaikan ini didorong terutama oleh ekspor produk nikel dan turunannya, besi dan baja, serta sejumlah komoditas pertanian dan perkebunan.
Peneliti sekaligus Direktur China-Indonesia di Center of Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Zulfikar Rakhmat mengatakan, peningkatan ekspor nikel serta besi baja ke China tidak lepas dari meningkatnya kebutuhan bahan baku untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan infrastruktur. Hal ini terlihat dari nilai ekspor besi dan baja tercatat naik 15,7 persen, sementara nikel sebesar 21,2 persen.
Di sisi lain, nilai ekspor sejumlah produk pertanian dan perkebunan juga meningkat, di antaranya karet yang melonjak 182 persen, kopi hingga 90 persen, kakao 88 persen, serta buah-buahan 10 persen. "Peningkatan permintaan produk pertanian Indonesia ini seiring berkembangnya kelas menengah di China," kata Zulfikar kepada Xinhua.
Di sisi lain, pembelian barang-barang asal China juga meningkat. Total impor dari China tumbuh 21 persen menjadi 40,2 miliar dolar AS, utamanya berupa kendaraan, peralatan elektronik, serta mesin dan peralatan mekanis. Secara khusus, impor kendaraan dan bagiannya melonjak 85 persen.
"Meningkatnya permintaan terhadap kendaraan dari China tidak lepas karena penggunaan EV yang semakin meningkat di dalam negeri, serta mobil-mobil dari China yang menawarkan harga kompetitif," kata peneliti dari Center of Reform on Economics (
CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet.
Setidaknya dalam dua tahun terakhir, sejumlah merek otomotif asal China memasuki pasar Indonesia, terutama di segmen EV seperti BYD hingga Xpeng. Beberapa merek ini pun semakin populer di masyarakat dengan telah menjual hingga ribuan unit.
Dengan
total nilai perdagangan mencapai 70,8 miliar dolar AS, China masih menjadi negara mitra dagang utama bagi Indonesia. Nilai ekspor ke China menyumbang 22,5 persen dari total ekspor nasional pada H1 tahun ini, sementara pangsa impor dari China mencapai 34,7 persen.
Laporan: Redaksi