Israel akan menganeksasi Jalur Gaza hingga Hamas menyerah, guna mempertahankan dukungan dari faksi sayap kanan ekstrem Zionis Religius (Religious Zionist), yang menentang baik gencatan senjata maupun peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Yerusalem, Wilayah Palestina yang diduduki (Xinhua/Indonesia Window) – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu diperkirakan akan memaparkan sebuah rencana untuk menganeksasi sejumlah wilayah Jalur Gaza kepada kabinet keamanan Israel, seperti dilansir surat kabar Israel Haaretz pada Senin (28/7) malam waktu setempat.
Menurut laporan tersebut, Netanyahu mengatakan kepada para menteri Israel bahwa Israel telah memberikan waktu beberapa hari kepada
Hamas untuk menyetujui gencatan senjata, atau Israel akan mulai secara bertahap menganeksasi sejumlah wilayah Jalur Gaza hingga Hamas menyerah.
Laporan itu menambahkan bahwa Netanyahu mengambil langkah tersebut untuk mempertahankan dukungan dari faksi sayap kanan ekstrem Zionis Religius (Religious Zionist), yang menentang baik gencatan senjata maupun peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Menjaga faksi tersebut tetap berada dalam koalisi sangat penting bagi Netanyahu guna mencegah keruntuhan pemerintahannya.
Pemimpin Zionis Religius sekaligus anggota kabinet Bezalel Smotrich dilaporkan mengatakan kepada anggota fraksinya, "Kami sedang mendorong sebuah langkah strategis yang baik, dan dalam waktu singkat kita akan tahu apakah langkah itu berhasil."
Dalam pembicaraannya dengan para menteri, Netanyahu mengatakan bahwa rencana tersebut telah disetujui oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menurut laporan surat kabar itu.
Juga pada Senin tersebut, sebuah pernyataan dari Kantor PM Israel menyatakan bahwa Israel akan terus bekerja sama dengan lembaga-lembaga internasional, serta dengan AS dan negara-negara Eropa, untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Jalur Gaza.
"Meskipun
situasi di Gaza sulit dan Israel telah berupaya memastikan distribusi bantuan, Hamas diuntungkan dengan mencoba memperkuat persepsi tentang krisis kemanusiaan," menurut pernyataan itu.
Laporan: Redaksi