Madu yang dihasilkan oleh lebah tanpa sengat lokal memiliki sifat antimikroba yang khas, menawarkan harapan baru dalam upaya memerangi ancaman resistansi antibiotik di seluruh dunia.
Sydney, Australia (Xinhua/Indonesia Window) – Sejumlah peneliti telah menemukan bahwa
madu yang dihasilkan oleh lebah tanpa sengat lokal memiliki sifat antimikroba yang khas, menawarkan harapan baru dalam upaya memerangi ancaman resistansi antibiotik di seluruh dunia.
Dikenal secara lokal sebagai madu "kantong gula", madu dari tiga spesies, seperti
Austroplebeia australis, menunjukkan aktivitas antimikroba yang luar biasa bahkan setelah menjalani proses pemanasan dan penyimpanan jangka panjang, karakteristik yang dapat membawa keuntungan bagi aplikasi medis komersial, menurut pernyataan dari Universitas Sydney (University of Sydney) pada Senin (23/6).
Ketahanan ini membuat madu ini berbeda dengan madu yang diproduksi oleh lebah madu Eropa, yang efek antimikrobanya sering kali bergantung pada hidrogen peroksida dan dapat berkurang seiring berjalannya waktu atau karena panas, menurut pernyataan tersebut.
Studi ini menemukan bahwa kekuatan antimikroba madu lebah tanpa sengat bergantung pada mekanisme peroksida dan nonperoksida, yang tetap efektif bahkan tanpa hidrogen peroksida, tidak seperti
madu manuka, yang kemampuannya sangat bergantung pada tanaman tertentu.
Kenya Fernandes dari Universitas Sydney, penulis utama studi ini, mengatakan bahwa efek antimikroba madu yang konsisten di berbagai lokasi menunjukkan bahwa lebah itu sendiri, bukan hanya tanamannya, yang memainkan peran penting.
"Aktivitas antimikroba konsisten di semua sampel madu 'kantong gula' yang diuji, tidak seperti madu lebah madu yang dapat bervariasi secara signifikan berdasarkan perubahan musim dan sumber bunga," kata Profesor Dee Carter dari Universitas Sydney, salah satu penulis studi tersebut.
Lazim digunakan oleh penduduk asli Australia untuk dikonsumsi dan penyembuhan, madu kantong gula kini dipandang sebagai alternatif alami yang menjanjikan untuk antibiotik sintetis, menurut penelitian yang dijabarkan dalam jurnal Applied and Environmental Microbiology, yang diterbitkan oleh American Society for Microbiology.
Meskipun setiap sarang lebah tanpa sengat hanya menghasilkan 0,5 liter madu per tahun, perawatannya yang mudah dapat memungkinkan produksi dalam skala yang lebih besar. Dengan persetujuan dari regulator, madu ini kini dapat mengakses pasar bernilai tinggi, dan penelitian yang sedang berlangsung mengenai sifat antimikrobanya menawarkan harapan baru untuk melawan resistansi antibiotik, kata para peneliti.
Laporan: Redaksi